Kamis, 27 Januari 2011

Potongan Dialog The Queen Seon Deok

Dialog diepisode 57 saat Deok Man mengutarakan isi hatinya kepada Bidam.


BiDam: Apa kau sudah mengambil keputusan? Kau harus pergi menyelamatkan diri...

DeokMan: Pernah suatu ketika, segala sesuatunya sangat mudah. Tapi lalu mereka mengetahui bahwa aku adalah seorang putri, mereka mencoba membunuhku. Orang lain yang mencoba melindungiku, mati di depan mataku. Dan sisanya, berlutut padaku dan mengatakan aku harus melakukan segala sesuatu yang terbaik. Lalu suatu hari, aku datang. Seperti tidak terjadi apapun, kau bicara padaku dengan nada biasa. Aku mengatakan padamu untuk tetap seperti itu. Kau, memperlakukan aku seperti aku yang dulu. Paling tidak denganmu, aku bisa merasakan kehidupanku yang dulu. Bahkan ketika aku sudah masuk ke istana, kau membawakan aku bunga, dan dengan pandangan mata cemas, kau menggenggam tanganku dan menyentuhku. Jikapun kau punya alasan lain, aku tidak peduli. Ketika aku melihatmu, aku merasa menjadi diriku yang dulu. Aku sangat menyukainya.

BiDam: Lalu kenapa? Kenapa kau berubah?

DeokMan: Karena aku tidak lagi memiliki nama. Putri mahkota, Putri. Bahkan bandit di pasar pun punya nama. Tapi seorang raja, tidak memiliki nama.
Aku hanyalah, "Yang Mulia". Sekarang tidak ada lagi yang memanggil namaku.

BiDam: Aku. Aku akan memanggil namamu.

DeokMan: Memanggil namaku adalah pengkhianatan. Bahkan jika kau memanggil namaku karena kau mencintaiku, dunia akan berkata itu pengkhianatan.
Kenapa aku berubah? Karena pada saat kehilangan namaku, kau menjadi tidak lebih dari orang yang dapat menghancurkan aku.
Aku sebagai penguasa harus selalu mengawasi dan mencurigaimu. Karena aku harus selalu mencurigaimu dan berpikir bahwa kau akan menjadi Mishil yang lain.
Tapi Bidam... (Deokman menangis) Apa kau menyadari betapa beratnya itu bagiku? Apa kau tahu bagaimana aku ingin mempercayaimu, bagaimana aku ingin bergantung padamu?

[ BiDam pergi meninggalkan DeokMan, menuju BiDam kuil Mishil, DeokMan mengikutinya ]

BiDam: Yang Mulia

DeokMan: Kau harus berada di sisiku. Bukan sebagai seseorang yang menekan dan mendesakku, yang membuatku merasa asing. Tapi seseorang yang berkedip padaku, yang memberiku bunga. yang selalu menghiburku, yang mengenggam tanganku yang gemetar. Aku membutuhkanmu. Aku berusaha menutupinya, bahkan menghapusnya. Sengaja. Aku melakukannya dengan sengaja.
Aku berpikir bahwa perasaan sepele itu tidak pantas untuk seorang penguasa.

BiDam: Yang Mulia.

DeokMan: Hanya kau yang menganggapku seseorang, menganggapku sebagai seorang wanita. Aku menyukainya. Kau, yang mencintaiku sebagai seorang wanita.
Aku mencintaimu. Tapi, bisakah aku memiliki perasaan itu?

[BiDam mendekati Deokman dan memeluknya. Deokman membalas pelukannya]


dialog episode 58 saat di kamar tidur DeokMan, Bidam berkunjung.


BiDam : Aku yakin kau pasti masih duduk seperti ini.
DeokMan : Aku masih ingin membaca sampai selesai

(BiDam menggandeng tangannya dan mengajaknya ke ranjangnya)

BiDam : Yang Mulia, kau harus beristirahat, Tidurlah.
DeokMan : Jujur, aku tidak bisa tidur. Ngomong-ngomong, apa kau tidak menyukai cara bicaraku yang biasa? Apakah aku harus menggunakan cara bicara yg formal?
BiDam : Tidak. Mengapa kau tidak bisa tidur?
DeokMan : Aku tidak tahu. Setiap kali aku berbaring, jantungku menjadi berdebar.
BiDam : Kenapa?
DeokMan : Aku cemas, dan aku merasa seperti ada hal yang belum kuselesaikan. Dan aku juga merasa aku melakukan sesuatu yang salah, dan kemudian mataku mengeluarkan air mata, dan jantungku menjadi berdebar-debar.
BiDam : Berbaringlah. (Bidam menggenggam tangannya dan meletakkan tangannya yang satu lagi di dadanya) Apa jantungmu masih berdebar?
DeokMan : Tidak.
BiDam : Yang Mulia, aku akan tetap disini sampai kau tidur.
DeokMan : Ketika aku masih kecil, kalau ingin tidur, hatiku selalu berdebar.
BiDam : Kau sedang cemas saat itu?
DeokMan : Tidak. Saat itu, aku berpikir, petualangan apa lagi yang akan ku alami besok, orang-orang seperti apa yang akan kutemui, aku ingin melihat benda-benda yang dibawa oleh pedagang. Aku harus bertanya pada para pedagang tempat seperti apa DolGul itu...

(BiDam menepuk-nepuk Doekman sampai dia tertidur, kemudian pergi)

dialog episode 62 saat Bidam mendatangi YeomJong dan terpukul mendengar pernyataan YeomJong, Bidam menyadari bahwa Deok Man sangat mempercayai dirinya..


BiDam: Kau.. Ini semua ulahmu. Semuanya ulahmu, Brengsek!

YeomJong: Itu masalahnya. Aku membunuh Munno. AKu yang memulai pemberontakan. Dan sekarang, kau melawan Yang Mulia karena aku? Ha ha ha.
Bahkan tanpa aku, aku tetap akan membunuh Munno dan mengambil buku itu.

BiDam: Diam!

YeomJong: Bahkan tanpa aku, kau akan melakukan semuanya untuk mendapatkan Yang Mulia. Apa kau mau mengelak?

BiDam: Diam, Brengsek!

YeomJong: Apa yang kau lakukan 10 tahun terakhir ini? Kau melakukan segalanya untuk mendapatkan kekuasaan. Kenapa?! Karena Munno menyia-nyiakanmu?
Untuk memenuhi keinginan Munno yang terakhir? Karena aku memprovokasimu? Tentu saja tidak. Itu karena di dalam dirimu, kau ingin menjadi raja. Kau berkeinginan untuk memiliki segalanya.
BiDam: Ada hal yang tidak kau mengerti. Aku tidak seperti itu. Aku hanya...

YeomJong: Aaahhh... Cinta. Kau seperti ini karena cinta. Benar. Aku hanya membantu sedikit. Jika romantika sudah berhasil, semua hal akan berputar ke arah yang lain? Tidak. Kau tetap membutuhkan aku. Kenapa? Karena kau merasa tidak aman.
"Kapan Yang Mulia akan membuangku?", "Kapan Yang Mulia akan menyia-nyiakan aku?". Kau sangat takut, karena kau tidak bisa mempercayai seseorang.
Itulah dirimu. Kau tidak bisa berkata, "Aku harus percaya padanya" melainkan "Kapan orang itu berhenti mempercayaiku? Kapan aku akan disia-siakan.". Hanya itu yang ada di pikiranmu.
BiDam: Hentikan.

YeomJong: Haa haa... Apa kau sadar? Yang Mulia... Mempercayaimu hingga akhir.
Bidam lemas, berpegangan pada kursi dan terjatuh di atasnya. Bidam membunuh YeomJong.

YeomJong: Kau lah yang tidak percaya padanya. Hubungan cinta kalian berdua... Bukan Yang Mulia atau aku yang merusaknya.
Orang yang merusaknya.. adalah kau sendiri, Bidam. Haa haaa haaa...

[ Bidam Langsung Membunuh YeomJong ]
BiDam: Aku bukan orang seperti itu...

[ Misaeng masuk ]
MiSaeng: Perdana Menteri... Cepat.. Gerbang Utara...
BiDam: Aku bukan orang seperti itu.... Minggir (Katanya pada Misaeng)
MiSaeng: Bunuh aku juga. Ha, ha, ha. Untukku, yang beranggapan orang sepertimu setara dengan kakakku, benar-benar bodoh.
Sangat bodoh bagiku untuk mempercayaimu dan mencoba mendapatkan sesuatu yang besar. Kakakku telah salah menilaimu.
BiDam: Sesuatu yang besar. Aku lahir untuk memenuhi keinginan Mishil dan aku dibesarkan untuk memenuhi keinginan Munno. Sesuatu yang hebat, apakah untuk memenuhi keinginanmu?

MiSaeng: Kakakku membuangmu, dan Munno tidak bisa memberimu cinta, dan kami mengganggu hubungan cintamu. Lihat kemari, BiDam.
HyeongJong-ku tersayang. Apa kau mencoba menyangkal bahwa kaulah yang menghancurkan hubungan cintamu? Satu-satunya orang yang bisa menghancurkan dirinya, adalah dirinya sendiri. Bukan orang lain. Kau menghancurkan dirimu sendiri, hal yang sangat menyedihkan.

BiDam: Kenapa kau baru mengatakan itu padaku sekarang?
MiSaeng: Kata-kata itu sudah pernah dikatakan. Kakakku mengatakannya, Tuan SeolWon mengatakannya, dan aku mengatakannya. Seluruh dunia mengatakannya.
Hanya saja, kau tidak mendengar.


Dialog episode 62 saat Bidam,seorang diri menuju ke camp pasukan Deokman, Santak mengikutinya.


SanTak: Jalan ini menuju ke camp Yang Mulia.

BiDam: Lalu?
SanTak: Jika kau melewati jalan ini, kau akan ditangkap.
BiDam: Ya, benar. Aku membebaskanmu, pergilah.
SanTak: Pergi? Sendirian? Kemana? Apa yang akan Perdana Menteri lakukan?

BiDam: Pergilah melarikan diri. Peergilah yang jauh. Lupakan semua yang terjadi disini. Jangan lagi memegang pedang, bertanilah.

SanTak: Apa yang akan kau lakukan?

BiDam: Ada pesan yang harus disampaikan, dan orang itu belum menerimanya. Aku harus mengirimkan pesan itu padanya.
SanTak: Tapi jika kau melakukannya... Biarkan aku ikut denganmu, Perdana Menteri.
BiDam: Tinggalkan aku, cepat!

[ SanTak bersujud pada BiDam dan terkena panah ]

SanTak: Perdana Menteri, jaga diri.

[ SanTak meninggal ]

BakUi: Pengkhianat BiDam! Melanggar perintah kerajaan!

BiDam: Orang yang bisa membunuhku akan diingat oleh sejarah! Majulah!

[ BiDam melewati pasukan ]
Archeon: Yang Mulia. Bidam telah memasuki hutan camp.
YuShin: Apa kau menangkapnya?
Archeon: Dia tidak ingin ditangkap, tapi melawan pasukan.

[ YuShin menghadapi BiDam ]
YuShin: Ini sudah berakhir. Hentikan pertarungan ini dan ikut denganku.

BiDam: YuShin. Apa itu Yang Mulia? Apa Yang Mulia ada disana?

YuShin: BiDam, tolong hentikan.

[ BiDam teringat kata-kata Mishil: rapuh, perasaan manusia benar-benar rapuh, mimpimu adalah mimpi yang sangat murni. ]

YuShin: BiDam!

[ Bidam melewati Yushin dan berlari menuju Deokman ]

YuShin: Ambil posisi! Dia harus dihentikan.

BiDam berpikir: YuShin, kau telah memenangkan semuanya. Ini bukan lagi persaingan. Aku hanya ingin menemui Yang Mulia.

[ BiDam bertarung menuju Deokman ]
BiDam berpikir: 70 langkah menuju Deokman.

WolYa: Pemanah telah datang!
SeulJe: Pemanah, ambil posisi! Tembak!

[ BiDam terkena panah, Deokman menutup matanya ]

BiDam berpikir: 30 lagkah menuju Deokman.

[ Bidam melawan Hwarang ]

BiDam berpikir: 10 langkah menuju... Deokman.


[ BiDam diserang oleh YuShin and Archeon. Yushin menghentikan Bidam, Deokman menangis. Yushin menusuk Bidam. Bidam meninggal. ]


[ Pasukan Deokman membungkuk padanya ]

Deokman: Kini tugasku sudah selesai.

Archeon: Hidup Yang Mulia!
Yushin: Hidup Yang Mulia!
Semua: Hidup Yang Mulia!



[ Deokman terjatuh karna kelelahan tepat di depan Bidam tergeletak mati, deokman memandang wajah Bidam yang penuh darah, perlahan Deokman menutup matanya]

Lady ManMyeong: Yang Mulia! Apa kau merasa baikan?
Deokman: Aku pingsan berapa lama?
ManMyeong: Kau pingsan tiga hari tiga malam.

[ Archeon datang. Deokman mengangkatnya menjadi Perdana Menteri. ]

Deokman: YuShin, katakan padaku.
YuSHin: Yang Mulia
Deokman: BiDam membisikkan sesuatu padamu. Apa katanya?
YuShin: Itu hal yang tidak pantas untuk dikatakan. Maafkan aku.
Deokman: Sampaikan pesannya, YuShin.
YuShin: Ini tidak benar. Ini tidak pantas dikatakan.
Deokman: Ini perintah. Katakan padaku.
YuShin: BiDam berkata... (Ia mengingat Bidam berkata, Deokman). Ia berkata, "Deokman. Deokman-ku"

Deokman berpikir: Sekarang, tidak akan ada lagi yang memanggil namaku. Deokman mengingat saat bersama Bidam. BiDam: Aku akan memanggil namamu Deokman: Memanggil namaku berarti pengkhianatan. Bahkan jika kau melakukannya karena cinta, dunia akan berkata itu pengkhianatan.

[ Deokman menangis. ]

Deokman: Ayo kita keluar.
YuShin: Ya.
Deokman: Langit, bumi, aku ingin melihat semuanya.

Deokman duduk di kursi di atas tebing.
Setelah percakapan dengan Yushin, Deokman meninggal. Deokman masih mengenakan cincin yang sama dengan Bidam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar